Skip to main content

KARO BUKAN BATAK ?

KARO BUKAN BATAK ?



Heboh di sosmed tentang pernyataan seorang public figur yang menyebutkan KARO BUKAN BATAK live pada acara bergengsi mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. 
BATAK adalah satu suku bangsa di Indonesia yang terdiri dari 5 puak yaitu Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola/Mandailing.
Banyak literature sejarah yang mencatat hal ini, dimulai dari catatan masa, sundut, tempat sampai catatan peninggalan sejarah baik itu seni dan budaya. 

Sebenarnya Penolakan terhadap batak ini bukan kali ini saja terjadi, sejak dulu banyak sekali orang orang dari PUAK SIMALUNGUN, MANDAILING dan KARO yang tidak ingin disebut BATAK.

Menurut beberapa sumber, konotasi negative BATAK sebagai suku primitive dan KANIBAL menjadi penyebab utama mengapa banyak orang tidak mau disebut BATAK, tidak heran jika jaman dulu orang mengganti istilah batak menjadi TAPANULI agar lebih “enak” didengar, padahal mereka lupa satu hal bahwa TAPANULI adalah wilayah dan BATAK adalah suku.
faktor berikutnya yang menyebabkan beberapa PUAK tidak ingin disebut batak adalah faktor AGAMA.
Beberapa pulak yang tidak beragama KRISTEN tidak ingin diri mereka disebut batak, padahal seyogiannya harus dipahami bahwa BATAK dan KRISTEN itu dua hal yang berbeda.  
Suku batak tidak harus beragama Kristen dan agama Kristen tidak harus batak.
Sepertinya kedua faktor diatas yang menyebabkan beberapa Puak tidak ingin disebut suku batak. 

Jika kita mempertentangkan analisa dan penelitian masing masing puak, pastinya berbagai macam analisa dapat mengemuka tergantung seberapa besar sebuah analisa dapat mempengaruhi masyarakat dan seberapa besar masyarakat mau terpengaruh terhadap analisa.

Namun ada beberapa hal yang ingin Saya tuliskan disini, terlepas dari tulisan yang Saya serap dari beberapa sumber ini diterima atau tidak :
1. Batak Toba mengenal  sistem kemasyarakatan Dalihan Natolu yaitu SOMBA MARHULA HULA, MANAT MARDONGAN TUBU, ELEK MARBORU.
-Ternyata dalam masyarakat Batak Mandailing/Angkola ada juga Dalihan Natolu yang diberi nama “Dalian Na Tolu” yaitu HORMAT MARMORA, MANAT MARKAHANGGI, ELEK MARANAK BORU.
-Lalu Batak Simalungun mengenal Dalihan Natolu sebagai “Tolu Sahundulan” yaitu MARTONDONG NINGON HORMAT SOMBAH , MARSANINA NINGON PAKKEI-MANAT, MARBORU NINGON ELEK-PAKEI.
-Lalu Batak Karo mengenal dalihan na tolu dengan nama “Rakut Sitelu” yaitu NEMBAH MAN KALIMBUBU, MEHAMAT MAN SEMBUYAK, NAMI NAMI MAN ANAK BERU.
-dan juga Batak Pakpak mengenal istilah Dalihan Natolu dengan nama “Daliken Sitelu” yaitu SEMBAH MERKULA-KULA, MANAT MERDENGAN TUBUH, ELEK MARBERRU.

2. Sebelum sumpah pemuda tahun 1928 di Sumatera bagian Utara sudah terbentuk “JONG BATAK” yang didirikan dan dibentuk oleh Amir Sjarifoeddin Harahap dan Sanusi Pane. Kedua marga tersebut bukan marga Toba tetapi mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Batak.

3.Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah gereja suku terbesar di tanah karo. Dari nama yang terpampang juga sudah menandaskan bahwa batak itu adalah karo dan karo itu adalah batak.

4.Sensus penduduk tahun 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka , saat itu pemerintah mengklasifikasikan Toba, Karo, Pakpak, Simalungun,  Angkola/Mandailing sebagai ETNIS BATAK.

5.Ragam Hias atau ornament rumah adat 5 puak dalam suku batak sama atau hampir sama
Sebenarnya jika dirunut kembali sejarah dimasa lalu pastinya kita semua sepakat jika BATAK terdiri dari 5 Puak yaitu Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing, Pakpak

6. banyak literatur perpustakaan di Belanda yang menceritakan tentang Indonesia dan menuliskan suku Batak di Sumatra terdiri dari 5 puak, salah satu yang dituliskan adalah Batak Karo.

tapi pun demikian jika ada puak atau oknum yang tidak ingin dirinya disebut batak kita sebagai sesama manusia harus menghormati itu sebab bisa saja banyak orang akan meyakini informasi dari sumber yang dia yakini.

Kembali lagi kepada diri masing masing suku batak (yang merasa dirinya batak), jika Anda tidak ingin dikatakan BATAK saya rasa TIDAK ADA JUGA RUGINYA UNTUK KAMI YANG MENGAKU BATAK.
Jika pun secara resmi penetua dan tokoh tokoh Karo mengatakan mereka bukan batak dan ingin melepaskan “darah batak” dari diri mereka juga tidak berpegaruh kepada kehidupan batak secara keseluruhan. 
Jadi jika semakun banyakGERAKAN KARO BUKAN BATAK apakah kita harus marah dan menghujat mereka ? 
kalau Saya Tidak…!!! 
Saya akan mempersilahkan mereka menggariskan tentang biografi diri mereka dengan tinta emas bahwa mereka suku Karo, tidak masalah itu. Santai saja..
Saya berpikir simpel begini jika ada orang batak yang mengingkari dirinya sebagai orang batak maka yang rugi bukan SUKU BATAK melainkan diri sendiri …
Lagi pula Indonesia adalah Negara yang tertinggal dalam hal pendokumentasian segala sesuatu dimasa lalu, 
Indonesia juga masih kalah dalam hal penelitian dimasa lalu.
Jauh sebelum metode pendokumentasian dan budaya baca tulis ada di Suku Batak, orang orang pintar dari Amerika dan Eropa sudah banyak meneliti dan menulis serta mendokumentasikan tentang suku BATAK dan banyak catatan para peneliti tersebut yang menjelaskan bahwa Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola/Mandailing adalah SUKU BATAK. 

Oke… kembali kepada kepercayaan dan keyakinan kita akan sejarah DIRI KITA yang sebenarnya.
Jika ada yang mengatakan DIA bukan KITA tidak masalah dan jangan dibenci apalagi sampai terjadi perpecahan, BERBEDA TIDAK HARUS PECAH BUKAN… ?

Kalau Saya….. ?
Didarah Saya mengalir darah Batak… dan menurut apa yang Saya tanam dihati Saya , baik Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola/Mandailing  adalah SUKU BATAK. 

Secara pribadi Saya akan tetap menganggap Karo adalah Batak sekalipun suku Karo tidak Mengakui bahwa mereka adalah Batak, karena kembali lagi kepada keyakinan. 
Saya tidak akan membenci GERAKAN KARO BUKAN BATAK sebab Saya meyakini Karo adalah Batak, tidak masalah kan ?

HORAS….!!!
MEJUAH JUAH….!!!
NJUAH JUAH….!!!
HORAS BANTA HAGANUPAN….!!!
HORAS TONDI MADINGIN PIR TONDO MATOGO….!!!

copyright - 2017
Jossy Andreas Barus
*dari berbagai sumber

Comments

Popular posts from this blog

Kesenian Dan Budaya Sumatera Selatan

S umatera Selatan  adalah salah satu provinsi Indonesia  yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera . Provinsi ini beribukota di Palembang.  Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi  di utara, provinsi Kep. Bangka Belitung  di timur, provinsi Lampung  di selatan dan Provinsi Bengkulu  di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumu dan gas alam  dan batu bara . Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya. Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi , Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes dan temp

Senjata Tradisional Sumatera Utara (Batak Toba) , Gambar, dan Keunikannya

Masyarakat Batak dikenal sebagai masyarakat yang mampu menjaga kelestarian budaya nenek moyangnya. Di mana pun berada, identitas masyarakat Batak akan tetap terlihat. Ia bahkan tak segan menggunakan bahasa ibunya untuk berkomunikasi dengan sesamanya meski berada di lingkungan perantauan. Bukti kelestarian budaya Batak juga dapat dilihat dari terjaganya peninggalan budaya kebendaan, salah satunya adalah beragam senjata tradisional. Nah, di artikel berikut ini, kita akan mengulas tentang beragam senjata tradisional Sumatera Utara tersebut lengkap dengan gambar dan penjelasannya. Senjata Tradisional Sumatera Utara Ada banyak peninggalan senjata tradisional Sumatera Utara yang berasal dari kebudayaan Suku Batak. Beberapa di antaranya seperti piso gaja dompak, tongkat tunggal panaluan, piso karo, hujur siringis, piso gading, piso sanalenggam, dan piso toba. 1. Senjata Tradisional Piso Gaja Dompak Senjata tradisional Sumatera Utara yang pertama dan yang paling terkenal adalah pisau Gaja

4 Senjata Tradisional Minangkabau (SUMATERA BARAT)

Indonesia, sebagai negara beragam suku bangsa, tentu memiliki kekayaan beragam kultur budaya. Oleh karena itu setiap daerah memiliki ciri identitas masing-masing. Begitu pula dengan senjata tradisionalnya. Provinsi Sumatera Barat yang dikenal memiliki akar budaya Minangkabau yang kuat, tentu saja memiliki senjata hasil produk budaya. Menurut wikipedia.org; Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat dikatakan senjata. Etnis Minangkabau sejak dulu kala dikenal sebagai bangsa perantau, masyarakat Minangkabau umumnya dibekali keahlian beladiri  Silek  (Silat), mereka biasanya juga melindungi diri dengan perbekalan senjata. Berikut adalah beberapa Senjata-Senjata Tradisional Masyarakat Minangkabau: 1. Senjata Tradisional Minan